Nissan Membeli Renault?
Guys, tahukah kalian tentang hubungan antara dua raksasa otomotif, Nissan dan Renault? Seringkali muncul pertanyaan di benak para penggemar otomotif, apakah Nissan membeli Renault? Jawabannya tidak sesederhana 'ya' atau 'tidak', tapi lebih ke arah kemitraan strategis yang mendalam. Sejak akhir 1990-an, kedua perusahaan ini telah menjalin aliansi yang kompleks, di mana masing-masing memiliki saham di perusahaan lain, namun bukan berarti satu pihak sepenuhnya mengakuisisi yang lain. Mari kita bedah lebih dalam bagaimana kemitraan ini terbentuk, dampaknya terhadap industri otomotif, dan apa artinya bagi kita sebagai konsumen. Aliansi Renault-Nissan ini adalah salah satu contoh kolaborasi lintas negara yang paling sukses, menggabungkan kekuatan riset dan pengembangan, platform produksi, serta jaringan distribusi global. Memahami struktur kepemilikan saham menjadi kunci untuk menjawab pertanyaan ini. Renault memiliki sejumlah besar saham di Nissan, dan sebaliknya, Nissan juga memiliki saham di Renault, meskipun dalam persentase yang lebih kecil. Kemitraan ini bertujuan untuk mencapai sinergi, mengurangi biaya, dan meningkatkan daya saing di pasar global yang semakin ketat. Dampak aliansi ini terasa di berbagai lini, mulai dari pengembangan mobil listrik hingga strategi penjualan di pasar negara berkembang. Banyak model mobil yang kita lihat di jalan saat ini sebenarnya berbagi platform dan teknologi yang sama antara Nissan dan Renault, meskipun desain eksterior dan interiornya berbeda untuk memenuhi selera pasar masing-masing. Ini adalah bukti bagaimana kolaborasi dapat menghasilkan inovasi yang lebih cepat dan efisien. Kisah aliansi ini dimulai pada tahun 1999, ketika Renault membeli 36,8% saham Nissan yang saat itu sedang menghadapi kesulitan finansial. Langkah ini menyelamatkan Nissan dari kebangkrutan dan membuka babak baru bagi kedua perusahaan. Di bawah kepemimpinan Carlos Ghosn, aliansi ini berkembang pesat, dengan penambahan Mitsubishi Motors pada tahun 2016, membentuk Renault-Nissan-Mitsubishi Alliance, yang pernah menjadi salah satu produsen mobil terbesar di dunia. Jadi, ketika Anda bertanya 'Nissan membeli Renault?', ingatlah bahwa ini lebih tentang kemitraan yang setara dengan keterkaitan saham, bukan akuisisi murni. Aliansi ini telah membentuk lanskap otomotif selama lebih dari dua dekade, dan terus beradaptasi dengan tantangan masa depan. Penting untuk dicatat bahwa meskipun ada keterkaitan finansial dan operasional yang kuat, kedua merek tetap mempertahankan identitas dan strategi pemasaran mereka sendiri. Nissan dikenal dengan inovasi teknologinya, sementara Renault seringkali diasosiasikan dengan desain Eropa yang elegan dan kenyamanan berkendara. Kemitraan ini memungkinkan mereka untuk memanfaatkan keunggulan masing-masing sambil meminimalkan biaya pengembangan dan produksi. Bagaimana aliansi ini bekerja secara praktis? Salah satu contoh paling nyata adalah penggunaan platform bersama. Banyak mobil Nissan dan Renault dibangun di atas arsitektur yang sama, yang berarti komponen seperti mesin, transmisi, dan sasis dapat digunakan bersama. Ini secara signifikan mengurangi biaya penelitian dan pengembangan serta biaya produksi. Selain itu, mereka juga berbagi teknologi, terutama dalam bidang elektrifikasi dan sistem bantuan pengemudi. Kesimpulannya, aliansi Renault-Nissan adalah sebuah fenomena kompleks yang telah mengubah cara perusahaan otomotif berkolaborasi. Ini bukan tentang satu perusahaan 'membeli' yang lain, melainkan tentang menciptakan sinergi melalui kepemilikan saham silang dan kerja sama operasional untuk mencapai tujuan bersama. Hubungan ini terus berevolusi, dan akan menarik untuk melihat bagaimana aliansi ini akan terus membentuk masa depan mobilitas. Jadi, lain kali Anda melihat mobil Nissan atau Renault, ingatlah bahwa di balik kemudi Anda mungkin sedang merasakan hasil dari salah satu kolaborasi industri paling menarik di dunia.
Sejarah Kemitraan Renault dan Nissan
Mari kita selami lebih dalam lagi, guys, sejarah di balik kemitraan Renault dan Nissan. Cerita ini dimulai di saat-saat yang cukup genting bagi Nissan. Pada akhir 1990-an, Nissan menghadapi masa-masa sulit, dengan kerugian finansial yang signifikan dan prospek yang suram. Di sinilah Renault masuk sebagai penyelamat. Pada tahun 1999, Renault mengakuisisi 36,8% saham Nissan, sebuah langkah yang menyelamatkan merek Jepang yang ikonik ini dari jurang kebangkrutan. Keputusan strategis ini bukan hanya tentang investasi finansial, tetapi juga tentang visi jangka panjang untuk menciptakan sebuah kekuatan otomotif global. Di bawah kepemimpinan Carlos Ghosn, yang menjadi CEO Nissan pada tahun 2001 setelah sebelumnya menjabat sebagai Chief Operating Officer, aliansi ini mulai menunjukkan hasil yang luar biasa. Ghosn berhasil merevitalisasi Nissan dengan menerapkan program pemulihan yang agresif, yang dikenal sebagai 'Nissan Revival Plan'. Program ini berfokus pada pengurangan biaya, restrukturisasi operasional, dan peningkatan efisiensi di seluruh lini perusahaan. Keberhasilan Ghosn di Nissan dengan cepat menarik perhatian, dan Renault pun memperluas kepemilikannya di Nissan, sementara Nissan juga mulai membeli saham di Renault. Struktur kepemilikan saham yang saling terkait ini adalah inti dari aliansi tersebut, yang memungkinkan kedua perusahaan untuk saling mendukung dan berbagi sumber daya. Ini bukan akuisisi satu arah, melainkan sebuah aliansi strategis di mana kedua belah pihak memiliki kepentingan yang sama dalam kesuksesan satu sama lain. Renault memberikan keahlian dalam teknik dan efisiensi produksi, sementara Nissan membawa keunggulan dalam teknologi dan inovasi, terutama di pasar Asia. Dampak dari kemitraan ini sangat luas. Mereka mulai berbagi platform kendaraan, yang berarti banyak model mobil yang sama-sama menggunakan komponen dasar. Ini secara drastis mengurangi biaya pengembangan dan produksi, memungkinkan mereka untuk mengalokasikan sumber daya lebih banyak untuk inovasi. Selain itu, mereka juga mulai berkolaborasi dalam pengembangan teknologi baru, seperti kendaraan listrik (EV) dan sistem infotainment. Pembentukan Renault-Nissan-Mitsubishi Alliance pada tahun 2016 semakin memperkuat posisi mereka di pasar global. Dengan penambahan Mitsubishi Motors, aliansi ini menjadi salah satu grup otomotif terbesar di dunia, mampu bersaing dengan raksasa seperti Volkswagen dan Toyota. Penggabungan ini memungkinkan pembagian biaya yang lebih besar lagi dan akses ke pasar yang lebih luas. Penting untuk diingat bahwa meskipun berbagi banyak hal di balik layar, Nissan dan Renault tetap menjaga identitas merek mereka. Desain, pemasaran, dan pengalaman berkendara masing-masing merek tetap berbeda untuk menarik segmen pasar yang berbeda. Nissan mungkin lebih dikenal dengan SUV dan truknya yang tangguh, serta teknologi seperti ProPILOT Assist, sementara Renault seringkali unggul dalam mobil-mobil hatchback yang ringkas, kendaraan keluarga, dan inovasi desain interior. Tantangan dan evolusi juga menjadi bagian dari sejarah aliansi ini. Meskipun telah mencapai banyak keberhasilan, aliansi ini juga menghadapi berbagai tantangan, termasuk perubahan kepemimpinan dan dinamika pasar yang terus berubah. Namun, semangat kolaborasi dan sinergi tetap menjadi pilar utama. Para insinyur dan desainer dari kedua perusahaan terus bekerja sama untuk mengembangkan solusi mobilitas masa depan, termasuk kendaraan otonom dan solusi mobilitas perkotaan. Secara keseluruhan, sejarah Renault dan Nissan adalah kisah tentang bagaimana dua perusahaan yang berbeda dapat bersatu untuk menciptakan sesuatu yang lebih besar dari jumlah bagian mereka. Ini adalah contoh nyata bagaimana aliansi strategis dapat mendorong inovasi, meningkatkan efisiensi, dan menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan konsumen. Jadi, ketika kita membahas 'Nissan membeli Renault?', kita sebenarnya berbicara tentang salah satu kemitraan bisnis paling berpengaruh dalam sejarah otomotif modern, yang dibentuk atas dasar saling percaya, keahlian bersama, dan tujuan yang sama untuk memimpin di masa depan.
Struktur Kepemilikan Saham dan Pengaruhnya
Oke, guys, mari kita bongkar sedikit lebih dalam struktur kepemilikan saham yang menjadi jantung dari aliansi Renault-Nissan. Ini adalah bagian krusial yang seringkali disalahpahami ketika kita bertanya, 'apakah Nissan membeli Renault?'. Seperti yang sudah kita bahas, ini bukan akuisisi murni, melainkan kemitraan yang didasarkan pada kepemilikan saham silang (cross-shareholding). Pada puncaknya, Renault memegang porsi saham yang signifikan di Nissan, sekitar 43,4% di awal, dan kemudian disesuaikan seiring waktu, sementara Nissan memegang sekitar 15% saham Renault. Porsi kepemilikan yang tidak sama ini memang memberikan Renault pengaruh yang lebih besar di awal aliansi, terutama dalam hal pengambilan keputusan strategis dan penunjukan manajemen. Ini adalah alasan utama mengapa Renault seringkali dianggap sebagai 'pemilik' atau 'pengendali' dalam hubungan ini. Namun, penting untuk melihat dinamika yang lebih luas. Nissan, sebagai perusahaan yang berhasil direvitalisasi, juga memiliki saham di Renault dan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam hal teknologi, desain, dan profitabilitas, terutama di pasar Asia dan Amerika Utara. Pengaruh Nissan tidak bisa diremehkan. Mereka membawa keahlian dalam teknologi hybrid, kendaraan listrik (seperti Leaf yang legendaris), dan sistem bantuan pengemudi yang canggih. Inovasi-inovasi ini tidak hanya menguntungkan Nissan sendiri, tetapi juga diserap dan dikembangkan lebih lanjut oleh Renault melalui aliansi. Aliansi ini dirancang untuk menciptakan sinergi operasional dan finansial. Dengan berbagi platform, komponen, teknologi, dan bahkan fasilitas produksi, kedua perusahaan dapat secara signifikan mengurangi biaya. Bayangkan saja, mengembangkan satu platform mobil untuk digunakan oleh puluhan model dari kedua merek jauh lebih hemat daripada jika masing-masing mengembangkan platform sendiri. Dampak dari struktur kepemilikan ini sangat terasa dalam efisiensi biaya. Biaya R&D dibagi, biaya produksi ditekan, dan daya beli kolektif mereka saat membeli bahan baku menjadi lebih besar. Ini memungkinkan mereka untuk tetap kompetitif di pasar global yang didominasi oleh pemain besar dengan skala ekonomi yang masif. Pengaruh terhadap strategi produk juga sangat jelas. Banyak mobil yang Anda lihat di jalan, seperti Nissan Qashqai dan Renault Kadjar, sebenarnya berbagi dasar yang sama. Perbedaan desain eksterior dan interiornya dibuat agar sesuai dengan preferensi pasar lokal, tetapi di balik kemudi, banyak teknologi dan komponen yang sama. Pembentukan Renault-Nissan-Mitsubishi Alliance kemudian menambah lapisan kompleksitas lain. Struktur kepemilikan menjadi lebih rumit, dengan masing-masing entitas memiliki saham di entitas lain dalam aliansi, meskipun dengan persentase yang berbeda. Namun, prinsip dasar sinergi dan efisiensi tetap dipertahankan. Mereka membentuk unit bisnis bersama untuk pengembangan kendaraan, teknologi, dan operasi di berbagai wilayah. Penting untuk memahami bahwa meskipun ada keterkaitan saham, Nissan dan Renault tetap merupakan entitas hukum yang terpisah dengan dewan direksi dan manajemen masing-masing. Keputusan strategis besar biasanya dibahas dan disepakati bersama, tetapi operasional sehari-hari tetap berjalan di bawah kendali masing-masing perusahaan. Tantangan dalam mengelola aliansi semacam ini tentu ada. Perbedaan budaya perusahaan, prioritas pasar, dan tujuan strategis terkadang dapat menimbulkan friksi. Namun, manfaat dari skala dan efisiensi yang dihasilkan dari kemitraan ini seringkali lebih besar daripada tantangan yang dihadapi. Kesimpulannya, struktur kepemilikan saham antara Renault dan Nissan adalah contoh brilian dari bagaimana kemitraan strategis dapat dibentuk tanpa harus melalui akuisisi penuh. Ini adalah tentang memanfaatkan kekuatan masing-masing, berbagi risiko dan biaya, serta menciptakan sinergi yang membuat kedua perusahaan lebih kuat dan lebih kompetitif. Jadi, jawaban atas pertanyaan 'Nissan membeli Renault?' adalah tidak secara harfiah, melainkan mereka telah membangun sebuah aliansi yang saling menguntungkan melalui kepemilikan saham silang yang kompleks dan kolaborasi operasional yang mendalam.
Dampak Kemitraan Renault-Nissan pada Industri Otomotif
Guys, kita sudah bahas sejarahnya, strukturnya, dan sekarang mari kita lihat dampak kemitraan Renault-Nissan terhadap industri otomotif secara keseluruhan. Kemitraan ini, yang sering disebut sebagai Aliansi Renault-Nissan (dan kemudian berkembang menjadi Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi), telah menjadi semacam game-changer dalam industri yang sangat kompetitif ini. Sejak awal, tujuannya adalah menciptakan sinergi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan hasilnya sungguh luar biasa, guys. Salah satu dampak paling signifikan adalah peningkatan efisiensi biaya melalui berbagi platform dan komponen. Sebelum aliansi ini, pengembangan mobil baru adalah proses yang sangat mahal dan memakan waktu. Dengan berbagi arsitektur dasar kendaraan, mesin, dan teknologi lainnya, Renault dan Nissan (serta Mitsubishi) dapat secara drastis mengurangi biaya penelitian dan pengembangan (R&D) serta biaya produksi. Ini memungkinkan mereka untuk mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk inovasi, seperti pengembangan kendaraan listrik (EV) dan teknologi otonom. Inovasi dalam Elektrifikasi, misalnya, menjadi area di mana aliansi ini benar-benar bersinar. Nissan adalah pelopor dalam pasar EV dengan mobilnya, Nissan Leaf, yang diluncurkan pada tahun 2010. Sementara itu, Renault juga memiliki jajaran kendaraan listrik yang kuat di Eropa, seperti Zoe. Kemitraan ini memungkinkan mereka untuk berbagi teknologi baterai, platform EV, dan strategi produksi, mempercepat adopsi kendaraan ramah lingkungan di seluruh dunia. Bayangkan saja, tanpa aliansi ini, mungkin butuh waktu lebih lama dan biaya lebih besar bagi kedua perusahaan untuk mencapai titik di mana mereka bisa menawarkan jajaran EV yang kompetitif. Selain itu, kemitraan ini juga mendorong konsolidasi dalam industri otomotif. Pada saat aliansi ini terbentuk, industri otomotif global sedang menghadapi tekanan besar akibat biaya pengembangan yang terus meningkat dan persaingan yang semakin ketat. Model aliansi Renault-Nissan menjadi semacam cetak biru bagi perusahaan lain untuk mempertimbangkan bentuk kolaborasi serupa. Ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus merger atau diakuisisi sepenuhnya untuk dapat mencapai skala dan efisiensi yang dibutuhkan untuk bersaing. Dampak geografis juga penting. Aliansi ini memungkinkan Nissan untuk memperkuat kehadirannya di Eropa melalui jaringan Renault, dan sebaliknya, Renault mendapatkan akses yang lebih baik ke pasar Asia dan Amerika Utara melalui Nissan. Pembentukan Renault-Nissan-Mitsubishi Alliance pada tahun 2016 semakin memperluas jangkauan global mereka, menciptakan entitas yang mampu bersaing secara langsung dengan produsen mobil terbesar di dunia dalam hal volume penjualan. Dampak pada rantai pasokan juga patut diperhatikan. Dengan volume produksi yang lebih besar, aliansi ini memiliki daya tawar yang lebih kuat terhadap pemasok komponen. Ini dapat menghasilkan harga yang lebih baik untuk suku cadang, yang pada akhirnya diteruskan kepada konsumen dalam bentuk harga mobil yang lebih terjangkau atau fitur yang lebih banyak. Persaingan yang lebih sehat juga menjadi hasil dari kemitraan ini. Dengan adanya pemain besar yang efisien seperti aliansi ini, produsen mobil lain juga terdorong untuk berinovasi dan meningkatkan efisiensi mereka. Ini pada akhirnya menguntungkan konsumen karena mereka memiliki lebih banyak pilihan, teknologi yang lebih baik, dan harga yang lebih kompetitif. Penting juga untuk melihat bagaimana aliansi ini memengaruhi strategi bisnis. Alih-alih hanya berfokus pada penjualan mobil, aliansi ini juga berinvestasi besar-besaran dalam mobilitas masa depan, termasuk layanan berbagi mobil, solusi mobilitas perkotaan, dan teknologi kendaraan otonom. Kolaborasi memungkinkan mereka untuk berbagi risiko dan biaya dalam mengembangkan teknologi yang masih dalam tahap awal. Namun, tidak semuanya mulus. Ada tantangan, tentu saja. Perbedaan budaya, gesekan internal, dan perubahan regulasi dapat mempengaruhi dinamika aliansi. Kasus hukum yang melibatkan mantan pemimpin aliansi, Carlos Ghosn, juga sempat mengguncang stabilitasnya. Meskipun demikian, inti dari kemitraan ini tetap kuat: pencarian sinergi, efisiensi, dan inovasi. Kesimpulannya, dampak kemitraan Renault-Nissan pada industri otomotif sangatlah mendalam. Mereka telah menetapkan standar baru untuk kolaborasi, mendorong inovasi dalam elektrifikasi, mempercepat tren konsolidasi, dan pada akhirnya, memberikan manfaat bagi konsumen melalui pilihan yang lebih banyak, teknologi yang lebih baik, dan harga yang lebih kompetitif. Ini adalah contoh nyata bagaimana 'bersama-sama' seringkali lebih baik daripada 'sendirian' dalam dunia bisnis yang kompleks seperti industri otomotif.
Apa Artinya Bagi Konsumen? Mobil Nissan dan Renault yang Berbagi Teknologi
Hai, guys! Sekarang kita sampai pada bagian yang paling penting buat kita semua: apa artinya semua ini bagi kita sebagai konsumen? Ketika kita berbicara tentang kemitraan Renault-Nissan, pada dasarnya itu berarti lebih banyak pilihan mobil yang hebat, teknologi yang lebih maju, dan harga yang berpotensi lebih terjangkau. Mari kita lihat lebih dekat bagaimana ini memengaruhi mobil yang kita kendarai sehari-hari.
1. Berbagi Platform = Lebih Banyak Pilihan, Biaya Lebih Rendah:
Salah satu dampak terbesar dari aliansi ini adalah penggunaan platform kendaraan bersama. Apa artinya ini? Sederhananya, banyak mobil Nissan dan Renault dibangun di atas 'rangka' atau arsitektur yang sama. Misalnya, Nissan Qashqai yang populer di Eropa dan Renault Kadjar sebenarnya berbagi banyak komponen dasar. Ini tidak berarti mereka terlihat sama atau terasa sama – desainer dari kedua merek bekerja keras untuk memberikan identitas unik pada setiap mobil. Tapi di balik panel bodi, mesin, transmisi, dan bahkan beberapa sistem elektronik mungkin serupa.
- Manfaatnya buat kita? Pengembangan platform tunggal jauh lebih murah daripada mengembangkan platform terpisah untuk setiap model. Biaya R&D yang dihemat ini bisa dialihkan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan fitur-fitur canggih, atau, idealnya, menjaga harga mobil tetap kompetitif. Jadi, Anda mungkin mendapatkan mobil dengan teknologi yang terbukti dan andal tanpa harus membayar biaya pengembangan yang mahal.
2. Akses ke Teknologi Canggih Lebih Cepat:
Kemitraan ini memungkinkan Renault dan Nissan untuk menggabungkan kekuatan dalam riset dan pengembangan. Ini berarti inovasi dapat menyebar lebih cepat di antara kedua merek.
- Contoh Nyata:
- Kendaraan Listrik (EV): Nissan adalah pionir dengan Leaf-nya. Teknologi baterai dan powertrain yang dikembangkan Nissan kemudian dapat diadaptasi dan digunakan oleh Renault untuk model-model listrik mereka di Eropa, seperti Renault Zoe. Begitu juga sebaliknya, keahlian Renault dalam desain interior dan kenyamanan mungkin memengaruhi model Nissan di masa depan.
- Sistem Bantuan Pengemudi: Teknologi seperti adaptive cruise control atau sistem pengereman darurat yang dikembangkan oleh salah satu merek dapat diintegrasikan ke dalam model merek lain, memberikan fitur keselamatan dan kenyamanan yang lebih baik bagi konsumen.
- Infotainment dan Konektivitas: Sistem navigasi, smartphone integration (seperti Apple CarPlay dan Android Auto), dan fitur konektivitas lainnya seringkali dikembangkan secara bersamaan atau berasal dari pemasok yang sama, memastikan pengalaman pengguna yang konsisten dan modern.
3. Kualitas dan Keandalan yang Ditingkatkan:
Ketika dua produsen mobil besar bekerja sama dalam pengembangan, mereka cenderung memiliki standar kualitas yang lebih tinggi. Pengujian komponen dan sistem yang dilakukan untuk satu merek seringkali bermanfaat bagi merek lainnya.
- Dampak: Ini bisa berarti mobil yang lebih andal dalam jangka panjang, dengan lebih sedikit masalah mekanis. Skala produksi yang lebih besar juga seringkali berarti kontrol kualitas yang lebih ketat dari pemasok.
4. Kehadiran Pasar yang Lebih Luas:
Bagi konsumen, ini berarti lebih banyak pilihan mobil yang tersedia di wilayah mereka. Nissan dapat memanfaatkan jaringan dealer Renault di Eropa, dan sebaliknya, Renault bisa memperluas jangkauannya di pasar Asia melalui Nissan.
- Hasilnya: Lebih banyak model yang bisa Anda pilih, dan layanan purna jual yang mungkin lebih mudah diakses di berbagai negara.
5. Tantangan dan Perbedaan yang Tetap Ada:
Penting juga untuk diingat, guys, bahwa meskipun berbagi banyak hal di belakang layar, Nissan dan Renault tetap berusaha mempertahankan identitas merek mereka.
- Desain: Nissan cenderung lebih fokus pada desain yang sporty dan futuristik, terutama pada SUV mereka, sementara Renault seringkali menawarkan sentuhan Eropa yang lebih elegan dan berani, terutama pada mobil hatchback dan MPV.
- Pengalaman Berkendara: Terkadang, ada perbedaan halus dalam penyetelan suspensi, respons kemudi, atau kenyamanan kabin yang mencerminkan preferensi pasar masing-masing. Nissan mungkin lebih mengutamakan nuansa berkendara yang dinamis, sementara Renault bisa jadi lebih fokus pada kenyamanan dan kesenyapan.
Kesimpulan untuk Konsumen:
Jadi, ketika Anda melihat mobil Nissan atau Renault, ingatlah bahwa di balik kemudi Anda mungkin sedang merasakan hasil dari kolaborasi global yang cerdas. Kemitraan ini memungkinkan kedua perusahaan untuk terus berinovasi, menjaga biaya tetap terkendali, dan pada akhirnya, menghadirkan mobil yang lebih baik, lebih aman, dan lebih canggih untuk kita semua. Ini bukan tentang siapa membeli siapa, tetapi tentang bagaimana dua kekuatan besar bekerja sama untuk menciptakan masa depan mobilitas yang lebih baik. Dan itu, guys, adalah berita bagus bagi setiap orang yang mencintai mobil!